Teori
kinetik gas membahas hubungan antara besaran-besaran yang menentukan keadaan
suatu gas. Jika gas yang diamati berada di dalam ruangan tertutup,
besaran-besaran yang menentukan keadaan gas tersebut adalah volume (V), tekanan
(p), dan suhu gas (T). Menurut proses atau perlakuan yang diberikan pada gas,
terdapat tiga jenis proses, yaitu isotermal, isobarik, dan isokhorik.
Pembahasan mengenai setiap proses gas tersebut dapat Anda pelajari dalam uraian
berikut.
a. Hukum
Boyle
Perhatikanlah
Gambar 1. berikut.
Suatu
gas yang berada di dalam tabung dengan tutup yang dapat diturunkan atau
dinaikkan, sedang diukur tekanannya. Dari gambar tersebut dapat Anda lihat
bahwa saat tuas tutup tabung ditekan, volume gas akan mengecil dan
mengakibatkan tekanan gas yang terukur oleh alat pengukur menjadi membesar.
Hubungan antara tekanan (p) dan volume (V) suatu gas yang berada di ruang
tertutup ini diteliti oleh Robert Boyle.
Saat
melakukan percobaan tentang hubungan antara tekanan dan volume gas dalam suatu
ruang tertutup, Robert Boyle menjaga agar tidak terjadi perubahan temperatur
pada gas (isotermal). Dari data hasil pengamatannya, Boyle mendapatkan bahwa
hasil kali antara tekanan (p) dan volume (V) gas pada suhu tetap adalah
konstan. Hasil pengamatan Boyle tersebut kemudian dikenal sebagai Hukum Boyle
yang secara matematis dinyatakan dengan persamaan :
pV
= konstan
(1–1)
atau
p1V1 =
p2V2
(1–2)
Dalam
bentuk grafik, hubungan antara tekanan (p) dan volume (V) dapat dilihat pada
Gambar 2.
b. Hukum
Gay-Lussac
Gay-Lussac,
seorang ilmuwan asal Prancis, meneliti hubungan antara volume gas (V) dan
temperatur (T) gas pada tekanan tetap (isobarik). Perhatikanlah Gambar 3.
Misalnya,
Anda memasukkan gas ideal ke dalam tabung yang memiliki tutup piston di
atasnya. Pada keadaan awal, gas tersebut memiliki volume 4 m3 dan
temperatur 300 K.
Jika
kemudian pemanas gas tersebut dimatikan dan gas didinginkan hingga mencapai
temperatur 225 K, volume gas itu menurun hingga 3 m3. Jika Anda
membuat perbandingan antara volume terhadap suhu pada kedua keadaan gas
tersebut (V/T) , Anda akan mendapatkan suatu nilai konstan (4/300 = 3/225
= 0,013).
Berdasarkan
hasil penelitiannya mengenai hubungan antara volume dan temperatur gas pada
tekanan tetap, Gay-Lussac menyatakan Hukum Gay-Lussac, yaitu hasil bagi antara
volume (V) dengan temperatur (T) gas pada tekanan tetap adalah konstan.
V/T
= Konstan (1–3)
atau
V1/T1 =
V2/T2 (1–4)
c. Hukum Charles
Seorang ilmuwan Perancis lainnya, Charles, menyatakan
hubungan antara tekanan (p) terhadap temperatur (T) suatu gas yang berada pada
volume tetap (isokhorik). Hasil penelitiannya kemudian dikenal sebagai Hukum
Charles yang menyatakan hasil bagi tekanan (p) dengan temperatur (T) suatu gas
pada volume tetap adalah konstan.
Persamaan matematis dari Hukum Charles dinyatakan dengan :
P/T = Konstan
(1–5)
atau
p1/T1 = p2/T2
(–6)
d. Persamaan
Keadaan Gas Ideal
Pada
proses isobarik, tekanan gas tetap, sedangkan volume dan temperatur gas
berubah. Demikian juga dalam proses isokhorik dan isotermal, terdapat satu
variabel atau besaran gas yang berada dalam keadaan tetap, sedangkan kedua
variabel gas lainnya berubah. Bagaimanakah jika ketiga besaran yang menyatakan
keadaan gas tersebut (tekanan, volume, dan suhu) berubah?
Dari
ketiga hubungan antara tekanan, volume, dan suhu gas yang didapatkan dari Hukum
Boyle dan Hukum Gay-Lussac dapat diturunkan suatu persamaan yang disebut
persamaan keadaan gas ideal. Secara matematis, persamaan keadaan gas ideal
dinyatakan dengan persamaan :
PV/T
= Konstan (1–7)
atau
p1V1/T1 =
p2V2/T2
(1–8)
Oleh
karena setiap proses yang dilakukan pada gas berada dalam ruang tertutup,
jumlah molekul gas yang terdapat di dalam ruang tersebut dapat ditentukan
sebagai jumlah mol gas (n) yang jumlahnya selalu tetap. Anda tentu sudah
mengetahui bahwa mol adalah suatu besaran yang digunakan untuk menyatakan massa
suatu zat dalam gram yang besarnya sama dengan jumlah molekul zat tersebut.
Dengan demikian, persamaan keadaan gas ideal dapat dituliskan menjadi :
pV/T
= nR
(1–9)
atau
pV
= nRT
(1–10)
dengan
:
n
= jumlah mol gas,
R
= tetapan umum gas = 8,31 × 103 J/kmolK (SI) = 8,31
J/molK,
p
= tekanan (N/m2),
V
= volume (m3), dan
T
= temperatur (K).
Dari
definisi mol zat yang menyatakan bahwa :
jumlah
mol = massa / massa relatif molekul
atau
n
= m / Mr
Persamaan
(1–10) dapat dituliskan menjadi :
pV
= (m/Mr) RT
(1–11)
Anda
telah mempelajari bahwa massa jenis suatu zat adalah perbandingan antara massa
dengan volume zat tersebut. Oleh karena itu, dari Persamaan (1–11) dapat
diperoleh persamaan massa jenis gas :
ρ
= m/V = p Mr/RT
(1–12)
Menurut
prinsip Avogadro, satu mol gas mengandung jumlah molekul gas yang sama. Jumlah
molekul gas ini dinyatakan dengan bilangan Avogadro (NA) yang besarnya sama
dengan 6,02 × 1023 molekul/mol. Dengan demikian, Persamaan
(1–12) dapat dinyatakan menjadi :
pV
= (N/NA) RT
atau
pV
= N(R/NA) T
(1–13)
dengan:
N
= Banyak partikel gas, dan
NA =
Bilangan avogadro = 6,02 × 1023 molekul/mol
Oleh
karena nilai pada Persamaan (1–13) merupakan suatu nilai tetapan yang disebut
konstanta Boltzmann, k, di mana k = 1,38 × 10-23 J/K maka
persamaan keadaan gas ideal dapat juga dituliskan menjadi persamaan berikut.
pV
= NkT
(1–14)